https://tabloiddiksi.com

  • Hukum
  • Sorotan
  • Peristiwa
  • Pemerintah
  • Daerah
    • Pekanbaru
    • Siak
    • Kampar
    • Kuansing
    • Indragiri Hilir
    • Indragiri Hulu
    • Rokan Hulu
    • Rokan Hilir
    • Dumai
    • Bengkalis
    • Kepulauan Meranti
    • Pelalawan
    • Kepulauan Riau
  • Parlementaria
  • Sport
  • Video TV
  • Artikel
  • TNI Polri
  • Lainnya
    • Politik
    • Nasional
    • Internasional
    • Ekbis
    • Advertorial
    • Diksi E-Paper

  • Kode Pers
  • Info Iklan
  • Tentang
  • Pedoman
  • Redaksi

https://tabloiddiksi.com

Redaksi     Pedoman     Tentang     Info Iklan     Kode Pers    

https://tabloiddiksi.com

  • Beranda
  • ";
  • Hukum
  • Sorotan
  • Peristiwa
  • Pemerintah
  • Daerah
    • Pekanbaru
    • Siak
    • Kampar
    • Kuansing
    • Indragiri Hilir
    • Indragiri Hulu
    • Rokan Hulu
    • Rokan Hilir
    • Dumai
    • Bengkalis
    • Kepulauan Meranti
    • Pelalawan
    • Kepulauan Riau
  • Parlementaria
  • Sport
  • Video TV
  • Artikel
  • TNI Polri
  • Lainnya
    • Politik
    • Nasional
    • Internasional
    • Ekbis
    • Advertorial
    • Diksi E-Paper

Beranda

Terpopuler

Utama

Pilihan

Todays

•   Heboh, Spanduk Bertuliskan Evaluasi Kapolda Riau Terpasang Di JPO Depan Kantor DPRD Provinsi Riau  •   Kerja Sama PT Ganda Buanindo dan FPK-LK: Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Pemuda Kenegerian Lipat Kain •   Siswi SDN 001 Perhentian Luas Raih Peringkat I (Pertama) Lomba Bertutur Tingkat SD/MI Se Kuansing •   Pertanyaan Aliran Dana Sponsor Jalur, Fauzan Al Azima Sayangkan Tanggapan Ketua PBK Yang Merasa Diserang
Lapas Narkoba
Home › Sorotan › Suku Sakai, Penjaga Alam Riau Yang Tersingkirkan 
Sorotan

Eksplorasi Hutan Besar-besaran 

Suku Sakai, Penjaga Alam Riau Yang Tersingkirkan 

Minggu, 18 Juni 2023 | 23:25 WIB,  
Penulis : Rahmat Hidayat
Suku Sakai, Penjaga Alam Riau Yang Tersingkirkan 

Sekelompok adat Suku Sakai, perlahan seiring waktu keberadaan mereka diambang ketiadaan dan terancam hilang. .

Riau, Tabloid Diksi - Kapulauan Riau adalah salah satu kepulauan yang berada di Sumatera yang tidak bisa melepaskan diri dari perkembangan zaman. Sama seperti daerah lain yang ada di Indonesia, daerah- daerah yang berada di kepulauan Riau sangat rajin dalam mengembangkan diri untuk menyambut era globalisasi. Namun dibalik perkembangan menuju era globalisasi yang di tawarkan oleh dunia, terdapat suku asli Riau yang mulai tersingkir dan terancam hilang. Suku itu adalah suku Sakai.Suku Sakai, memiliki warna khas budaya kehidupan alam yang melekat sebagai identitas penjaga kelestarian alam. 

Nama Sakai memiliki arti seperti nama- nama lainnya yang ada. Arti dari nama Sakai adalah anak- anak yang hidup berada disekitar sungai. Arti nama Sakai ini mengacu kepada pola kehidupan suku Sakai yang nomaden atau berpindah- pindah dipedalaman hutan Riau. Dan karena air yang merupakan sumber kehidupan inilah yang menjadikan suku Sakai hidup dekat dengan sungai. Namun ada pula yang mengatakan bahwa nenek moyang dari suku Sakai berasal dari Pagaruyung yang merupakan kerajaan melayu yang pernah ada di Sumatera Barat.

  • Baca juga: Konflik Pegiat Lingkungan vs Oknum Perangkat Desa, Gelar Perkara Tersendat

Hidup di pedalaman, Suku Sakai adalah suku yang menggantungkan hidupnya kepada alam. Sehingga apapun yang mereka butuhkan, mereka selalu membuatnya dari bahan-bahan yang tersedia di alam. Salah satunya seperti Timo.

Timo merupakan alat tradisional yang dibuat oleh suku Sakai dari bahan-bahan yang ada di alam. Timo merupakan sejenis wadah yang terbuat dari kulit kerbau yang sudah dikeringkan yang biasa digunakan oleh suku Sakai untuk wadah menampung madu. Tidak hanya terbuat dari kulit kerbau, beberapa bagian dari Timo dibuat dari rotan. Seperti misalnya bagian sisi wadah yang diberi batas lingkaran yang terbuat dari rotan yang diberikan tali yang juga terbuat dari rotan.

Tidak hanya Timo alat yang dibuat dari alam, suku Sakai yang hidup dengan cara agraris atau bertani yang nomaden juga menciptakan alat pertanian yang disebut Gegalung Galo. Gegalung Galo adalah sejenis alat penjepit yang terbuat dari bambu dan batang pepohonan yang digunakan untuk menjepit ubi manggalo untuk kemudian diambil sari patinya. Biasanya, sebagai wadah untuk menampung sari pati ubi manggalo adalah Timo. Dan ubi manggalo adalah salah satu tanaman yang biasa ditanam oleh suku Sekai dalam kehidupan agrarisnya.

  • Baca juga: Juned Cs Dituding Jual Lahan PSPI, Tokoh Adat Desak Penangkapan

Tidak hanya alat-alat pertanian saja yang diciptakan oleh suku Sekai. Mereka juga mampu memproduksi pakaian dari bahan yang seluruhnya ada di alam. Biasanya bahan yang dijadikan sebagai baju adalah kulit pohon. Pakaian inilah yang kemudian melindungi tubuh orang- orang suku Sakai yang hidup secara nomaden.

Dalam kehidupan agrarisnya, suku Sakai tentu juga memiliki aturan tersendiri dalam kehidupan berladangnya. Seperti misalnya ketika pembukaan hutan untuk berladang. Suku Sakai terikat oleh hukum adat mereka yang mengatur kehidupan berladang mereka. Dan mereka juga meyakini jika peraturan tersebut dilanggar, maka tanaman yang ditanam kelak akan dirusak oleh hama atau hewan liar yang ada di hutan.

  • Baca juga: Pabrik Tisu PT RAPP Disegel Menteri LHK, Praktisi Hukum: Slogan “Compliance” Hanya Isapan Jempol

Salah satu keyakinan yang masih melekat pada suku Sakai adalah keyakinan tentang Antu. Antu yang sejenis dengan hantu, menurut keyakinan mereka, adalah salah satu makhluk yang harus dihormati keberadaannya di hutan. Mereka meyakini bahwa hantu hidup secara bergerombol di tengah hutan di tempat yang belum terjamah oleh manusia. 

Walaupun banyak orang- orang dari suku Sakai yang sudah menganut kepercayaan mainstream seperti islam dan Kristen, keyakinan animisme ini masih diyakini dengan kuat. Seperti misalnya jika mereka gagal dalam bertani yang mereka yakini disebabkan oleh Antu yang mengganggu mereka karena mereka tidak mengikuti aturan adat.

  • Baca juga: Matangkan Konsolidasi, Ini Agenda IPPERPA Dalam Waktu Dekat

Namun kini kehidupan suku Sakai sudah sangat terancam. Menjalani kehidupan yang bergantung seluruhnya dari alam menjadikan suku Sakai mulai tersingkirkan. Adanya anggapan bahwa suku Sakai hidup di daerah yang kaya akan minyak, pembukaan hutan didaerah pedalaman Riau pun banyak mengalami pembukaan lahan. Banyak pohon-pohon besar yang ditebang dan hutan mengalami eksplorasi secara berlebihan dan besar-besaran sehingga kehidupan suku Sakai perlahan tersingkir.Eksplorasi hutan besar-besaran tanpa batas menjadi kenyataan pahit yang dialami Suku Sakai. 

Dapat dikatakan bahwa suku Sakai adalah suku penjaga hutan. Hal ini mangacu kepada pola kehidupan suku Sakai yang selalu menjaga keberlangsungan ekosistem alam yang ada di hutan. Aturan adat yang mengikat mereka serta keyakinan mereka terhadap Antu menjadikan mereka tidak bisa melakukan sesuatu merusak alam. 

  • Baca juga: Perkuat Rasa Kekeluargaan, IPPERPA Pekanbaru Gelar Konsolidasi Di Kampus UIR

Tapi seiring berjalannya waktu, kepercayaan animisme yang diyakini suku Sakai dan masyarakat di Indonesia pada umumnya mulai hilang. Hal inipun mengakibatkan banyak pula keyakinan akan pantangan- pantangan atau keyakinan lain yang pernah ada juga mulai hilang dan mengakibatkan rasa khawatir karena lalai menjaga alampun mulai hilang.

Banyak yang mengatakan bahwa alasan dari terancam punahnya suku Sakai di Riau adalah karena pengetahuan mereka terhadap kemajuan sangat rendah sehingga dianggap remeh. Karena itulah mereka sering dianggap bukanlah sebuah halangan untuk orang- orang yang berfikir tentang kemajuan untuk mengeksplorasi alam. Walaupun sebenarnya suku Sakai adalah salah satu suku yang kebudayaannya menjadi salah satu penyumbang kebudayaan modern yang saat ini ada. Karena Suku Sakai yang ada dipedalaman hutan adalah suku yang mengajari kita untuk bersahabat dengan alam bukan untuk mengeksplorasi alam guna mencapai kepuasan sementara yang tidak kunjung ada batasnya.

  • Baca juga: Dugaan ASN Korup, Lingkungan Rusak: Tindakan Tegas Dibutuhkan untuk Mantan PLT.Kadis LHK Riau

Dari suku Sekai yang terancam punah inilah kita mendapatkan sedikit bukti bahwa kerusakan alam di Indonesia tidak hanya mempengaruhi ekosistem flora dan fauna, tapi juga mempengaruhi kehidupan budaya dan tradisi masyarakat yang ada didalamnya. Dan jika tradisi dan budaya tersebut rusak atau bahkan hilang karena eksplorasi alam yang berlebihan, maka dapat dipastikan Indonesia pun akan kehilangan budaya dan tradisi yang pernah membentuknya dahulu. Dari suku Sekai yang kini terancam punah kita bisa belajar, masih perlukah dilakukan eksplorasi alam secara berlebihan..?

Editor : R Hidayat

TOPIK TERKAIT

Komentar Via Facebook :

BERITA TERKAIT

  • Hukrim

    Belum lama di Razia Tim Polres Kuansing, Aktivitas PETI kembali beroperasi di Pangen

    Minggu, 18 Jun 2023 | 22:37 WIB
  • Nasional

    Satu Alat Berat Sedang beroperasi di Desa Kebun lado, APH Mana Tanggapannya??

    Minggu, 18 Jun 2023 | 22:15 WIB
  • Pemerintah

    LIRA Dorong Generasi Emas 2045 ANTI-KORUPSI 

    Minggu, 18 Jun 2023 | 14:59 WIB
  • Sorotan

    Berikan Pelayanan Kepada Masyarakat, Satlantas Polres Kuansing Lakukan Patroli Blue Light

    Minggu, 18 Jun 2023 | 13:42 WIB
  • Pemerintah

    Respon Cepat Instruksi Bupati, PUPR Kuansing Eksekusi Jalan Rusak 

    Minggu, 18 Jun 2023 | 09:05 WIB

Terpopuler

  • #1

    Pertanyaan Aliran Dana Sponsor Jalur, Fauzan Al Azima Sayangkan Tanggapan Ketua PBK Yang Merasa Diserang

    Rabu, 30 Jul 2025 - 18:15 WIB
  • #2

    Dikeroyok 200 Orang, Korban Jadi Tersangka! Ada Apa Polres Kampar?

    Senin, 28 Jul 2025 - 21:35 WIB
  • #3

    Siswi SDN 001 Perhentian Luas Raih Peringkat I (Pertama) Lomba Bertutur Tingkat SD/MI Se Kuansing

    Rabu, 30 Jul 2025 - 19:53 WIB
  • #4

    Heboh, Spanduk Bertuliskan Evaluasi Kapolda Riau Terpasang Di JPO Depan Kantor DPRD Provinsi Riau 

    Minggu, 03 Agu 2025 - 19:23 WIB
  • #5

    Kerja Sama PT Ganda Buanindo dan FPK-LK: Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Pemuda Kenegerian Lipat Kain

    Kamis, 31 Jul 2025 - 21:42 WIB

SOROTAN

  • Heboh, Spanduk Bertuliskan Evaluasi Kapolda Riau Terpasang Di JPO Depan Kantor DPRD Provinsi Riau 

    Heboh, Spanduk Bertuliskan Evaluasi Kapolda Riau Terpasang Di JPO Depan Kantor DPRD Provinsi Riau 

    Minggu, 03 Agu 2025 | 19:23 WIB
  • Siswi SDN 001 Perhentian Luas Raih Peringkat I (Pertama) Lomba Bertutur Tingkat SD/MI Se Kuansing

    Siswi SDN 001 Perhentian Luas Raih Peringkat I (Pertama) Lomba Bertutur Tingkat SD/MI Se Kuansing

    Rabu, 30 Jul 2025 | 19:53 WIB
  • Pertanyaan Aliran Dana Sponsor Jalur, Fauzan Al Azima Sayangkan Tanggapan Ketua PBK Yang Merasa Diserang

    Pertanyaan Aliran Dana Sponsor Jalur, Fauzan Al Azima Sayangkan Tanggapan Ketua PBK Yang Merasa Diserang

    Rabu, 30 Jul 2025 | 18:15 WIB

HUKRIM

  • Peredaran Narkoba Kian Marak di Kenegerian Logas Singingi, Warga Desak Tindakan Tegas Aparat

    Peredaran Narkoba Kian Marak di Kenegerian Logas Singingi, Warga Desak Tindakan Tegas Aparat

    Rabu, 18 Jun 2025 | 18:01 WIB
  • Wanita Mengaku Dari Pihak SPBU Diduga Di F3 Singingi, Tuding Wartawan Tidak Jelas !

    Wanita Mengaku Dari Pihak SPBU Diduga Di F3 Singingi, Tuding Wartawan Tidak Jelas !

    Jumat, 13 Jun 2025 | 15:22 WIB
  • Satpol PP Razia Rutin tertibkan Cafe Remang-Remang Desa Cengar  Puluhan wanita Penghibur di amankan 

    Satpol PP Razia Rutin tertibkan Cafe Remang-Remang Desa Cengar  Puluhan wanita Penghibur di amankan 

    Senin, 17 Mar 2025 | 15:38 WIB
    sudutkotanews.com



  • Kode Pers     Info Iklan     Tentang     Pedoman     Redaksi    

    tabloidDIKSI.com