Home › Peristiwa › Anak-Kemenakan di Desa Batu Gajah Diminta Bersabar, Terkait Sawit di Konservasi PT PSPI
Anak-Kemenakan di Desa Batu Gajah Diminta Bersabar, Terkait Sawit di Konservasi PT PSPI

Anak-kemenakan di lahan konservasi PT PSPI
KAMPAR, Tabloid Diksi - Sejak memperoleh Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) pada tahun 1998, PT. Perawang Sukses Perkasa Industri (PT. PSPI) terus menghadapi berbagai masalah dalam mengelola lahan di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Salah satu persoalan yang paling mencolok adalah sengketa lahan dengan PTPN V (sekarang PTPN IV Sub Holding Palmco), yang menanam kelapa sawit di wilayah yang termasuk dalam izin HPHTI PT. PSPI, khususnya di Desa Batu Gajah, Kecamatan Tapung.
Sengketa ini bermula pada tahun 2004-2005, ketika PTPN V mengelola lahan seluas 2.823 hektar yang berada di perbatasan antara Desa Batu Gajah, Kampar, dan Desa Kabun, Rokan Hulu. Perbatasan ini dibatasi oleh Sungai Batu Langkah dan Sungai Palembayan. Menurut Ninik Mamak Desa Batu Gajah, Suhaili Husein Datuk Mudo, lahan tersebut sepenuhnya di bawah hak ulayat kenegerian Desa Batu Gajah.
-
Datuk Suhaili menyatakan bahwa terdapat lahan seluas 250 hektar milik hak ulayat kenegerian Desa Batu Gajah yang kini ditanami kelapa sawit di atas izin PT. PSPI. Ia meminta anak kemanakannya di Desa Batu Gajah untuk bersabar sambil menunggu penyelesaian masalah melalui musyawarah. Ia juga menegaskan bahwa hak-hak anak kemanakan akan dihormati sesuai hukum adat dan keadilan.
Namun, Datuk Suhaili mengingatkan bahwa penyelesaian masalah ini tidak mudah dan membutuhkan waktu. Ia juga berharap anak kemanakan menjaga martabat kesukuan dan tidak mempermalukan keluarga atau suku di hadapan publik.
-
“Anak kemenakan tolong jaga marwah kesukuan dan tokoh kita sebab apapun pendapat yang merugikan kesukuan kita itu anak kemanakan seperti menepuk air didulang. Kalau tokoh kita dipermalukan seharusnya anak kemanakan menjaga dari pembicaraan orang lain,” tegasnya.
Sengketa Hukum dan Putusan Pengadilan
-
Persoalan ini menjadi lebih kompleks ketika Yayasan Riau Madani menggugat PTPN V atas pengelolaan kebun sawit di kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Batu Gajah pada tahun 2013. Gugatan ini akhirnya dimenangkan oleh Yayasan Riau Madani pada tahun 2016, dengan putusan inkrah yang memerintahkan pengembalian areal sengketa sesuai fungsi hutan, yakni menebang kebun sawit dan menanami kembali dengan tanaman akasia.
Meskipun putusan hukum sudah jelas, PTPN V hingga kini belum melaksanakan keputusan tersebut. Hal ini memicu kecaman dari berbagai pihak, termasuk tokoh adat yang merasa kecewa atas ketidakpatuhan PTPN V terhadap hukum.
-
-
Komentar Via Facebook :