https://tabloiddiksi.com

  • Hukum
  • Sorotan
  • Peristiwa
  • Pemerintah
  • Daerah
    • Pekanbaru
    • Siak
    • Kampar
    • Kuansing
    • Indragiri Hilir
    • Indragiri Hulu
    • Rokan Hulu
    • Rokan Hilir
    • Dumai
    • Bengkalis
    • Kepulauan Meranti
    • Pelalawan
    • Kepulauan Riau
  • Parlementaria
  • Sport
  • Video TV
  • Artikel
  • TNI Polri
  • Lainnya
    • Politik
    • Nasional
    • Internasional
    • Ekbis
    • Advertorial
    • Diksi E-Paper

  • Kode Pers
  • Info Iklan
  • Tentang
  • Pedoman
  • Redaksi

https://tabloiddiksi.com

Redaksi     Pedoman     Tentang     Info Iklan     Kode Pers    

https://tabloiddiksi.com

  • Beranda
  • ";
  • Hukum
  • Sorotan
  • Peristiwa
  • Pemerintah
  • Daerah
    • Pekanbaru
    • Siak
    • Kampar
    • Kuansing
    • Indragiri Hilir
    • Indragiri Hulu
    • Rokan Hulu
    • Rokan Hilir
    • Dumai
    • Bengkalis
    • Kepulauan Meranti
    • Pelalawan
    • Kepulauan Riau
  • Parlementaria
  • Sport
  • Video TV
  • Artikel
  • TNI Polri
  • Lainnya
    • Politik
    • Nasional
    • Internasional
    • Ekbis
    • Advertorial
    • Diksi E-Paper

Beranda

Terpopuler

Utama

Pilihan

Todays

•   Desak Bentuk Pansus, Cipayung Plus dan KNPI Riau Soroti Defisit Anggaran Rp1,76 Triliun •   Misi Penghijauan Berujung Penganiayaan, Empat Terduga Pelaku Diperiksa Polres Kampar •   DPW GM Pujakesuma Riau Gelar Turnamen Voli se-Riau dalam Rangka Harlah ke-45 •   Ciptakan Wilayah Binaan Terbebas Dari Karhutla, Babinsa Koramil 06/TM Kodim 0321/Rohil Lakukan Patroli
Home › Politik › PANGGUNG DINASTI POLITIK TERABAS
Politik
Pulau Jawa & Madura

Menunggu Gagasan Gibran, Kaesang, dan Bobby 

PANGGUNG DINASTI POLITIK TERABAS

Minggu, 12 November 2023 | 11:45 WIB,  
Penulis : Rahmat Hidayat
PANGGUNG DINASTI POLITIK TERABAS

Gibran, Kaesang, dan Bobby Nasution.

JAKARTA - GIBRAN Rakabuming Raka, Kaesang Pangarep, dan Bobby Nasution barangkali adalah tiga politisi muda yang saat ini paling sering namanya disebut dalam perbincangan politik nasional. Langkah politik mereka menarik perhatian khalayak bukan karena sesuatu yang genuine ditorehkan, melainkan karena dalam berpolitik mereka bertiga terlihat "asal trabas".

Trabas dalam bahasa Jawa adalah jalan pintas atau terobos. Sementara KBBI menyebut menerabas, yang berarti menerobos atau menyerobot. Semua diksi itu bermakna peyoratif, mencitrakan upaya yang tidak sesuai prosedur atau kaidah yang lumrah.

  • Baca juga: Pengamat: Keterlibatan SF Hariyanto dalam Musda Golkar Hal Biasa, Abdul Wahid Minta Fokus Melayani Masyarakat

Asal trabas sekalipun adalah cara yang cepat, atau singkat, namun berisiko. Apa lagi bila aksi trabas yang dilakukan ada pada ranah politik, tentu saja bisa berdampak buruk terhadap kultur atau budaya politik, begitupula output dan outcome dari aksi asal trabas biasanya tak begitu impresif.

Gibran, Kaesang, dan Bobby boleh disebut politisi asal trabas karena mereka masuk dan berkiprah di gelanggang politik secara instan, lewat jalan pintas, tidak melalui proses atau jalur semestinya, tapi karena punya "privilege sebagai anak seorang presiden". Mereka bisa eksis di politik sejatinya bukan karena keringat dan perjuangan politik dari bawah, lewat jalur aktivis atau politisi yang matang dalam berbagai agenda advokasi dan pendampingan rakyat, atau setidaknya lahir dari kalangan intelektual kampus yang gagasannya teruji di forum-forum diskusi. Bahkan hingga kini masyarakat luas belum mendengar apa saja gagasan besar atau membaca narasi-narasi megah dari mereka. Pun dalam kapasitas masing-masing, mereka belum memiliki karya, modal sosial dan prestasi yang layak dibanggakan. Gibran yang awalnya adalah pengusaha katering, dan pada Maret 2018 mengaku tidak akan masuk politik dan hanya mau berbisnis, namun kemudian ia masuk PDIP dan dicalonkan sebagai Wali Kota Solo 2020.

  • Baca juga: Paslon Nomor 1 Abdul Wahid - SF Hariyanto Menang Telak di 14 Kecamatan Kota

Dengan status sebagai putra presiden tentu dengan mudah Gibran memenangkan pemilihan itu. Begitu pula Bobby, dengan modal sebagai anak mantu presiden, ia masuk PDIP, untuk mendapat rekomendasi partai dan kemudian melenggang mulus, menjabat Wali Kota Medan, sekalipun minim pengalaman sebagai pemimpin. Lain lagi Kaesang, sebelumnya bisnis kuliner, dalam waktu singkat, hanya dua hari setelah menjadi anggota PSI, ia langsung didapuk sebagai ketua umum partai.

Langkah ini bisa jadi yang paling cepat dalam sejarah partai politik di Indonesia, orang luar yang baru masuk, langsung jadi "nahkoda partai". Kemudian dalam waktu yang singkat pula, jalan-jalan, sudut kota hingga ke pelosok terpasang spanduk dan baliho PSI yang menampilkan gambar Kaesang dengan "latar Jokowi". Ditengarai sebagian atribut partai yang dipasang itu tanpa izin, membuat aroma pengaruh kekuasan sulit ditepis. 

  • Baca juga: Koordinator Sumatera Gardu Prabowo : Gerindra Kuansing Harus Tegak Lurus Menangkan Suhardiman, Terbukti Membelot Kami Laporkan

Jalan pintas ketiganya tidak berhenti di situ, Gibran belakangan akhirnya digandeng sebagai cawapres Prabowo Subianto usai drama putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang batas usia capres-cawapres. Ketua MK yang turut memutus perkara yang menguntungkan Gibran itu adalah "pamannya sendiri". Putusan yang menjadi karpet merah bagi Gibran untuk menerabas kandidasi pilpres itu terang saja membuat masyarakat sipil meradang. 

Hanya saja, seperti disampaikan Jimly Asshiddiqie anggota MKMK, dengan pertimbangan perlu ada kepastian hukum yang segera, karena terkait langsung dengan pentahapan pilpres 2024, Anwar Usman akhirnya dipertahankan sebagai salah satu anggota hakim MK. Pasalnya, jika dipecat sebagai hakim MK, Anwar Usman punya peluang untuk melakukan banding terhadap putusan MKMK, yang tentu akan perlu waktu, kepastian hukum bakal molor. Sementara pada 13 November 2023, KPU sudah harus menetapkan pasangan capres dan cawapres yang akan berkontestasi pada Pilpres 2024. 

  • Baca juga: Gayung Bersambut, Wahid & Suhardiman Saling Dukung Pencalonan di Pilkada 

Politik asal trabas Gibran pun ternyata menimbulkan luka batin politik pada partai yang membesarkannya. Hal itu karena Gibran tidak memberikan pernyataan resmi untuk mundur atau keluar dari PDIP, kemudian segera mengembalikan kartu tanda anggota partai. Hal yang sama juga ditunjukan Bobby, tanpa permisi dan "ewuh pakewuh", ia pun asal trabas, langsung deklarasi dan menjadi Ketua Umum Relawan Pengusaha Pejuang, mendukung Prabowo-Gibran sebagai capres dan cawapres, yang notabene adalah rival kandidat yang diusung partainya. Langkah keduanya menerabas ke capres yang sebelumnya merupakan lawan politik dari ayah mereka pada pilpres sebelumnya, menegaskan bahwa dalam politik tak ada kawan sejati, yang ada hanya kepentingan yang abadi. Gibran bahkan tak sekadar mendukung, tapi menjadi cawapres bagi Prabowo. Oleh politisi senior PDIP, Panda Nababan, dalam satu tayangan podcast baru-baru ini, Gibran dan Bobby disebut berpolitik tidak dengan budi pekerti, yang di dalamnya ada tata krama, sopan santun, dan etika. 

Seperti yang diingatkan Presiden Jokowi dalam pidato kenegaraan di DPR RI 16 Agustus 2023 lalu, mengenai pentingnya berpolitik dengan budi pekerti. Gibran dan Bobby sebelumnya mengaku akan tegak lurus ke partai besutan Megawati Soekarnoputri itu, bahkan nama mereka sempat masuk tim kampanye Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang diusung PDIP. 

Namun, mereka kemudian berubah haluan politik, tanpa permisi. Padahal bila akan menyeberang ke rival politik, atau telah punya pilihan politik yang berbeda, mereka seharusnya gentle dan kesatria, pamit baik-baik ke PDIP, seperti kata pepatah “datang tampak muka, pulang tampak punggung”. Tidak kemudian terkesan main petak umpet atau kucing-kucingan dengan partai yang telah membesarkan keduanya, juga ayah mereka (Jokowi).

  • Baca juga: Sebut Akan Musnahkan PETI, Paslon 03 Halim-Sardiyono Akan Memperpanjang Barisan Pengangguran Di Kuansing

Politik asal trabas anak-anak Istana ini tentu saja tak elok diteladani generasi muda, merampas kesempatan politisi otentik, membuka ruang bagi terbangunnya dinasti politik di level nasional, juga ikut memperkuat kultur politik (dinasti) yang memang telah mengakar di sejumlah daerah, di tengah masyarakat yang semakin permisif terhadap fenomena ini. Lebih lanjut pada titik tertentu politik asal trabas oleh "politisi karbitan" dari lingkaran dekat kekuasaan bisa menjadi preseden buruk, turut menghembuskan kekhawatiran kalau pemilu tak akan berjalan dengan netral dan jurdil. 

Kekhawatiran yang wajar, karena Gibran, Kaesang dan Bobby berada di salah satu kubu kontestan pilpres, sementara ayah mereka (Jokowi) "sedang menjabat" sebagai presiden yang memegang kendali negara dan pemerintahan. Menjadi sinyalemen negatif bagi proses demokrasi prosedural lewat pemilu ini. 

  • Baca juga: Bawaslu Riau Ingatkan Paslon Hindari Ejek Hasut di Debat Ke-2 Pilgub 

Karena bagaimanapun politik asal trabas dengan semua dampak ikutannya tentu bukan sikap yang sportif dalam bahasa olahraga; independen dalam bahasa pers; jujur dalam bahasa moral; dan adil dalam bahasa hukum. Ujungnya nanti, bila politik asal trabas berbuah hasil pada Pilpres 2024, sejarah kemudian akan mencatat bahwa Soeharto butuh 32 tahun untuk dicap diktator, sementara Jokowi, keluarga dan loyalisnya, dengan budaya politik rendahan (asal trabas) hanya butuh 10 tahun untuk bangun "dinasti politik" dengan membonceng demokrasi.

 

Editor : R Hidayat

TOPIK TERKAIT

Komentar Via Facebook :

BERITA TERKAIT

  • Nasional

    Firli Sibuk Kegiatan Tak Penting 

    Minggu, 12 Nov 2023 | 08:28 WIB
  • Sport

    PSPS Riau Tuan Rumah Jajal Traktor Kuning 

    Minggu, 12 Nov 2023 | 07:46 WIB
  • Peristiwa

    Afrizal Sintong dan H Sulaiman Hadiri Pawai Taaruf Rohil di MTQ Riau ke-XLI

    Sabtu, 11 Nov 2023 | 21:25 WIB
  • Hukrim

    Keji, Pemuda Kencingi Al Quran

    Sabtu, 11 Nov 2023 | 18:46 WIB
  • Sorotan

    Firli Makan Durian Bersama Di ruang Terbuka 

    Sabtu, 11 Nov 2023 | 14:52 WIB

Terpopuler

  • #1

    Peredaran Narkoba Kian Marak di Kenegerian Logas Singingi, Warga Desak Tindakan Tegas Aparat

    Rabu, 18 Jun 2025 - 18:01 WIB
  • #2

    Wanita Mengaku Dari Pihak SPBU Diduga Di F3 Singingi, Tuding Wartawan Tidak Jelas !

    Jumat, 13 Jun 2025 - 15:22 WIB
  • #3

    Misi Penghijauan Berujung Penganiayaan, Empat Terduga Pelaku Diperiksa Polres Kampar

    Rabu, 25 Jun 2025 - 16:38 WIB
  • #4

    Gubernur Riau Wajib Evaluasi OPD yang Dinilai Langgar UU KIP

    Jumat, 13 Jun 2025 - 15:04 WIB
  • #5

    DPW GM Pujakesuma Riau Gelar Turnamen Voli se-Riau dalam Rangka Harlah ke-45

    Kamis, 19 Jun 2025 - 20:29 WIB

SOROTAN

  • Desak Bentuk Pansus, Cipayung Plus dan KNPI Riau Soroti Defisit Anggaran Rp1,76 Triliun

    Desak Bentuk Pansus, Cipayung Plus dan KNPI Riau Soroti Defisit Anggaran Rp1,76 Triliun

    Rabu, 25 Jun 2025 | 23:23 WIB
  • PAC Pemuda Pancasila Kampar Kiri dan Camat Sepakat Perkuat Kerja Sama, Membangun Kecamatan yang Lebih Baik

    PAC Pemuda Pancasila Kampar Kiri dan Camat Sepakat Perkuat Kerja Sama, Membangun Kecamatan yang Lebih Baik

    Rabu, 18 Jun 2025 | 21:32 WIB
  • Gubernur Riau Wajib Evaluasi OPD yang Dinilai Langgar UU KIP

    Gubernur Riau Wajib Evaluasi OPD yang Dinilai Langgar UU KIP

    Jumat, 13 Jun 2025 | 15:04 WIB

HUKRIM

  • Peredaran Narkoba Kian Marak di Kenegerian Logas Singingi, Warga Desak Tindakan Tegas Aparat

    Peredaran Narkoba Kian Marak di Kenegerian Logas Singingi, Warga Desak Tindakan Tegas Aparat

    Rabu, 18 Jun 2025 | 18:01 WIB
  • Wanita Mengaku Dari Pihak SPBU Diduga Di F3 Singingi, Tuding Wartawan Tidak Jelas !

    Wanita Mengaku Dari Pihak SPBU Diduga Di F3 Singingi, Tuding Wartawan Tidak Jelas !

    Jumat, 13 Jun 2025 | 15:22 WIB
  • Satpol PP Razia Rutin tertibkan Cafe Remang-Remang Desa Cengar  Puluhan wanita Penghibur di amankan 

    Satpol PP Razia Rutin tertibkan Cafe Remang-Remang Desa Cengar  Puluhan wanita Penghibur di amankan 

    Senin, 17 Mar 2025 | 15:38 WIB
    sudutkotanews.com



  • Kode Pers     Info Iklan     Tentang     Pedoman     Redaksi    

    tabloidDIKSI.com